Jember Pos – Perjalanan dari biji kopi hingga secangkir kopi yang nikmat ternyata melibatkan proses yang panjang dan kompleks. Salah satu pelaku utama dalam industri kopi di Indonesia adalah Satrea Amambi, pemilik kebun Wanoja Coffee yang terletak di Kamojang, Garut, Jawa Barat. Ia dengan tekun menanam biji kopi specialty yang kini menjadi pilihan banyak penyangrai kopi lokal di Jawa Barat.
Dari ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut, Satrea menanam beberapa varietas kopi seperti Sigarutang, Lini S, Kartika, Andung Sari, dan Yellow Caturra, yang semuanya merupakan jenis arabika. Untuk menunggu ceri kopi matang, dibutuhkan waktu sekitar delapan bulan. “Beberapa varietas kopi berwarna kuning saat matang, tetapi kebanyakan akan berwarna merah cabai. Jika ingin rasa yang lebih baik, sebaiknya tunggu sampai warnanya merah lebih gelap, karena ini mempengaruhi rasa dan harga,” ujarnya saat mendampingi di kebun Wanoja Coffee.
Setiap pohon kopi dapat menghasilkan sekitar empat hingga lima kilogram ceri berkualitas baik. Satrea menjelaskan, diperlukan sekitar dua pohon atau sekitar 7,5 kilogram ceri untuk mendapatkan satu kilogram biji kopi mentah (green beans). Masa panen biji kopi di Jawa Barat biasanya terjadi sekali dalam periode antara bulan keempat hingga ketujuh setiap tahunnya. Namun, tahun ini terjadi perubahan waktu panen akibat cuaca yang tidak menentu; panen yang biasanya berlangsung dari bulan Juni hingga Agustus kini beralih lebih cepat.
Setelah buah kopi matang dipetik, langkah berikutnya adalah proses sortir untuk memisahkan ceri yang baik dari yang buruk, termasuk pengelompokan untuk kopi specialty dan kopi komersil. Setelah proses sortir, ceri kopi memasuki tahap penjemuran. Ada tiga metode utama dalam penjemuran, yaitu metode wash, honey, dan natural. Metode wash melibatkan pengupasan ceri kopi, fermentasi, pencucian, dan penjemuran. Metode honey dimulai dengan pengupasan kulit dan langsung dijemur, menghasilkan biji kopi yang lengket seperti madu. Sedangkan metode natural, ceri kopi dijemur langsung di bawah sinar matahari.
Proses penjemuran menggunakan metode wash membutuhkan waktu sekitar 7 hingga 8 hari, sementara honey memakan waktu 8 hingga 9 hari, dan natural memerlukan waktu antara 20 hingga 28 hari. Untuk efisiensi, Wanoja Coffee juga menggunakan mesin pengering yang mampu mengolah hingga 1 ton biji kopi dalam waktu yang lebih singkat.
Setelah penjemuran, biji kopi yang telah kering akan diproses lebih lanjut. Biji kopi tersebut diupas menjadi green beans menggunakan mesin dan disortir secara manual oleh ibu-ibu setempat. Proses ini memastikan biji kopi dipilih berdasarkan ukuran dan ketebalan yang seragam, sebelum masuk ke tahap kontrol kualitas (Quality Control) dan distribusi. Tahun ini, Wanoja Coffee memproduksi sekitar 80 ton green beans, yang sebagian besar dipasarkan di dalam negeri dan diekspor ke Belanda dan Arab Saudi.
Harga jual produk green beans berkisar antara 115.000 hingga 125.000 rupiah per kilogram, sedangkan specialty coffee dijual dengan harga sekitar 248.000 rupiah per kilogram. Saat ini, Satrea sedang melakukan perbaikan lahan tanam dan mengganti varietas Sigarutang dengan varietas yang lebih unggul, seperti Lini S dan Andung Sari, untuk mengatasi masalah hama yang mengganggu tanaman kopi yang ada. Dengan langkah ini, diharapkan produksi kopi Wanoja Coffee dapat meningkat dan tetap bersaing di pasar kopi yang semakin kompetitif.