Peneliti Ungkap Kerugian Banjir dan Rob di Jateng Capai Rp2,5 Triliun Setiap Tahun

kerugian banjir rob Jateng

Jember Pos – Ketua Tim Riset Tide Eye Indonesia, Miftadi Sudja’i, mengungkapkan bahwa kerugian ekonomi yang disebabkan oleh banjir dan rob di pesisir utara Jawa Tengah diperkirakan mencapai Rp2,5 triliun per tahun. Angka tersebut diperoleh dari pengumpulan data berbagai sumber dan estimasi dampak yang ditimbulkan akibat bencana ini.

“Perhitungan sederhana yang kami lakukan menunjukkan bahwa kerugian tahunan mencapai Rp2,5 triliun,” ungkap Miftadi di Semarang, Jawa Tengah, pada Rabu. Estimasi tersebut tidak hanya mencakup kerusakan infrastruktur, tetapi juga dampak terhadap masyarakat yang kehilangan pekerjaan atau sumber pendapatan akibat bencana.

Miftadi menambahkan, penelitian ini dilakukan di tiga daerah yang paling terdampak di wilayah Pantura, yakni Kota Semarang, Pekalongan, dan Kabupaten Demak. “Kami fokus di tiga wilayah ini karena banjir dan rob paling sering terjadi di sini. Meskipun ada wilayah lain yang terdampak, fokus utama penelitian kami adalah tiga daerah ini,” tambahnya.

Pengembangan teknologi yang digunakan untuk memantau banjir dan rob, disebut Tide Eye, adalah hasil kerja sama antara Telkom University dan University of Wollongong Australia. Teknologi ini didukung oleh pendanaan kolaboratif antara Pemerintah Australia melalui Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) dan Indonesia. Alat yang dikembangkan ini bertujuan untuk membantu memantau dinamika banjir dan rob di pesisir utara Jawa Tengah.

Sejauh ini, teknologi Tide Eye telah dipasang di empat lokasi strategis, yaitu di Rumah Pompa Sibulanan di Kota Pekalongan, Rumah Pompa Yos Sudarso di Semarang, Rumah Pompa Sungai Babon di Kawasan Industri Terboyo Semarang, dan Rumah Pompa Sayung di Kabupaten Demak. Teknologi ini dilengkapi dengan kamera visual dan radar yang mampu mendeteksi perubahan air dan dinamika banjir rob. Data yang diperoleh dari alat ini kemudian dikumpulkan melalui jaringan internet berbasis serat optik, dan diolah menggunakan kecerdasan buatan (AI).

Data yang dikumpulkan melalui teknologi ini sangat berguna bagi Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, yang berada di bawah naungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), untuk membuat keputusan terkait penanggulangan banjir dan rob. Teknologi ini juga bisa dikembangkan lebih lanjut untuk digunakan dalam berbagai sektor guna mengantisipasi kerugian ekonomi yang lebih besar.

“Pengembangan lebih lanjut dari teknologi ini memungkinkan penggunaan data untuk manajemen lalu lintas, seperti routing traffic dari Pelabuhan Tanjung Mas sehingga jalur logistik dan distribusi barang tidak terganggu,” jelas Miftadi. Selain itu, sektor industri juga dapat memanfaatkan data ini untuk menyusun strategi mitigasi dalam menghadapi banjir dan rob yang diperkirakan akan terjadi.

Sebagai langkah mitigasi, teknologi Tide Eye dapat membantu industri memprediksi banjir dalam jangka waktu tertentu, sehingga mereka bisa menyiapkan langkah antisipasi untuk meminimalkan gangguan terhadap aktivitas industri di kawasan rawan bencana.

You might like

About the Author: admin 2

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *