Jember Pos – Pemerintah Provinsi Papua Barat memastikan bahwa harga sejumlah komoditas pangan yang dijual oleh para pedagang di pasaran tetap stabil. Kestabilan harga ini didukung oleh kecukupan pasokan pangan yang tersedia. Kepala Seksi Harga Pangan Dinas Ketahanan Pangan Papua Barat, Ellyanti Mayangsari, menyatakan bahwa sejauh ini, tidak ada lonjakan harga yang signifikan terjadi.
Dalam upaya menjaga kestabilan harga pangan, pihaknya bersama tim yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Pangan Papua Barat secara rutin melakukan inspeksi mendadak untuk memantau harga pangan baik di tingkat pedagang maupun distributor. Ellyanti menjelaskan, “Harga jual di pasaran rata-rata masih stabil, belum ada kenaikan yang signifikan.” Langkah ini penting untuk memastikan bahwa masyarakat dapat memperoleh pangan dengan harga yang wajar dan terjangkau.
Selain inspeksi, pemerintah provinsi juga mengadakan pasar murah serentak di beberapa daerah. Kegiatan ini melibatkan berbagai pihak, termasuk Perum Bulog, pedagang, distributor, dan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Melalui pasar murah ini, masyarakat diharapkan bisa membeli kebutuhan pokok dengan harga yang lebih rendah dibandingkan harga jual di pasaran. “Pada tahun 2024 ini, pemerintah provinsi sudah melaksanakan pasar murah sebanyak 13 kali untuk menjaga kestabilan harga dan mengendalikan inflasi,” tambah Ellyanti.
Beberapa komoditas yang dijual dalam pasar murah ini antara lain beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) seharga Rp60 ribu per 5 kilogram, gula pasir Rp17.500 per kilogram, dan bawang merah Rp30 ribu per kilogram. Selain itu, harga cabai rawit ditetapkan Rp50 ribu per kilogram, minyak goreng Rp18 ribu per liter, bawang putih Rp35 ribu per kilogram, daging sapi lokal Rp120 ribu per kilogram, dan telur ayam seharga Rp25 ribu per kilogram. Untuk cabai keriting, harganya Rp25 ribu per kilogram, sementara ayam beku yang didatangkan dari Surabaya dijual per ekor seharga Rp30 ribu.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Provinsi Papua Barat mencatat inflasi tahunan sebesar 2,91 persen pada bulan September 2024. Secara bulanan, terjadi deflasi sebesar 0,92 persen. Inflasi tahunan ini dipengaruhi oleh kenaikan harga yang cukup signifikan pada kelompok pengeluaran makanan, minuman, tembakau, pendidikan, dan jasa perawatan pribadi.
Lima komoditas utama yang berkontribusi pada inflasi tahunan di Papua Barat mencakup beras, ikan cakalang, ikan tuna, tarif angkutan udara, serta sigaretek kretek mesin. Sementara itu, deflasi bulanan pada September 2024 dipicu oleh penurunan indeks harga dari dua kelompok pengeluaran, yaitu makanan, minuman, dan tembakau serta transportasi. Lima komoditas penyumbang utama deflasi bulanan ini adalah cabai rawit, tarif angkutan udara, tomat, bensin, dan jagung manis.
Dengan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah provinsi, diharapkan kestabilan harga pangan dapat terjaga, sehingga masyarakat tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Program pasar murah dan pengawasan yang ketat menjadi salah satu solusi efektif untuk mengendalikan inflasi dan menjaga daya beli masyarakat di Papua Barat.